Sabar

kalau sabar dari syahwat yang diharamkan, maka ini dinamakan ‘iffah (menjaga kehormatan),

kalau sabar dari hal yang memancing kemarahan, maka ini dinamakan hilm (bijaksana),

kalau sabar dari hal yang memancing kebakhilan, maka ini dinamakan jawwad (dermawan),

kalau sabar dari hal yang memancing kemalasan disebut kais (rajin)

Prof. Dr. Sa’ad Al Khathlan,
dosen di King Saud University (KSU) Riyadh, Saudi Arabia.

Hati yang Selamat

Adalah hati yang selamat, yang akan menyelamatkan pemiliknya pada hari kiamat.
Allah berfirman:

“Yaitu di hari dimana harta dan anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”

(QS. Asy Syu’ara: 88-89)

Dan makna hati yang sehat adalah
hati yang selamat dari seluruh syahwat yang menyelisihi syari’at Allah,
selamat dari seluruh syubhat,
selamat dari beribadah kepada selain Allah,
selamat dari berhukum kepada apa-apa yang tidak diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“(ketahuilah) Sesungguhnya di dalam sebuah jasad ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasad, ketahuilah Segumpal daging itu adalah hati)

[HR. Bukhari Muslim]

[Ustadz Muhammad Nuzul Dzikry, Lc]

Nabi Adam ‘Alayhis Salaam dan Iblis

Dahulu Iblis bergembira karena Adam dikeluarkan dari Surga.

Tapi Iblis tak tahu, bagaikan seorang penyelam, Adam turun ke dasar samudera dan mengumpulkan mutiara, lalu naik kembali ke permukaan.

Demikianlah gambaran Syekh pujaan saya, Ibnul Qayyim [hidup pada tahun 1300-an Masehi] terhadap kisah Nabi Adam ‘alayhis salaam yang mengawali hidup di bumi ini dengan tobat.

Ia pernah mendurhakai Allah dengan memakan buah terlarang hingga dikeluarkan dari Surga dan diturunkan ke bumi yang fana.

Di bumi, Adam bertobat.

Kesungguhan tobatnya justru menaikkan derajatnya menjadi jauh lebih mulia daripada sebelum ia berbuat dosa.

Allah terima tobatnya dan Allah naikkan derajatnya.

Dosa kedurhakaan-pun terhapus, tergantikan dengan pahala.

Beliau kembali mulia dan tak meninggalkan dosa warisan sedikitpun jua kepada anak cucunya.

Demikianlah Kasih Tuhan yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Kita patut bersyukur dengan fakta bahwa sebagai cucu keturunan Adam, kita lahir membawa fitrah tanpa menanggung warisan dosa.

Maka, usah lelah dalam bertobat wahai sahabat.

Kumpulkan mutiara-mutiara ampunan dan pahala, lalu naiklah ke Surga dengan penuh martabat.

Bersuka-citalah dalam ampunan dan kasihNya, sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wasallam;

“Orang yang bertaubat dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu sama sekali.”

HR Ibnu Majah no 4250, dihasankan oleh Syekh Albany.

Teman Sejati

Teman sejati mau mengerti
saat kita berkata “aku lupa”,

menunggu selamanya saat
kita berkata “tunggu sebentar”,

tetap tinggal saat kita
berkata “tinggalkan aku sendiri”, dan

membukakan pintu
meski kita belum mengetuk dan

berkata “bolehkah aku masuk?”

(www.alsofwah.or.id)